Kel Sumiyati, Jalan Urip Sumoharjo II No. 73, Wonogiri, Jawa Tengah
Bagi seorang perempuan dengan dua anak, kehilangan pasangan hidup merupakan pukulan telak. Terlebih ketika dibenturkan pada urusan perut. Asas kesetiaan yang tetap dipertahankan sebagai bagian dari komitmen setia sehidup semati dengan sang pasangan, membuat Sumiyati lebih memilih hidup menjanda dengan segala risikonya.
Meskipun berat, namun dengan kekuatan cinta dan tekat baja, perlahan tapi pasti Sumiyati – yang kini menjadi BMI di Hong Kong – mampu mengukir masa depan generasi penerus, kedua anaknya yang tercinta. Dari sebuah rumah sederhana di Jalan Urip Sumoharjo II No. 73 Wonogiri, Jawa Tengah, Masnun – ayahanda Sumiyati – bertutur melalui Apakabar.
”Ndhuk Sum, tanpa terasa, sudah hampir 10 tahun kamu pergi merantau bekerja ke Hong Kong. Saat kamu berangkat dulu, ibumu masih ada. Anakmu masih kecil-kecil,. Rumah kita masih sangat jelek, lantainya masih tanah, dindingnya sudah jamuran di mana-mana, gentengnya banyak yang bocor. Tapi sekarang, kondisinya sudah jauh berubah.
Anakmu sudah besar. Si Wahyu sudah kelas 2 Madrasah Aliyah, Bagus kelas 3 Madrasah Tsanawiyah. Rumah kita sudah bagus, ada perabotnya yang layak. Lantainya sudah keramik. Atapnya tidak pernah bocor lagi. Tidur pun bisa nyenyak di kasur yang empuk. Bapak sangat bersyukur dengan perubahan yang Allah berikan untuk keluarga kita. Apa pun adanya, semua berkat kerja kerasmu ndhuk.
Andai kamu tidak tergerak bekerja ke Hong Kong, mungkin keadaan keluarga kita sangat pontang-panting secara ekonomi, sepeninggal almarhum suamimu Marsudi 10 tahun yang lalu. Tapi ternyata kamu sigap menghadapi keadaan. Cepat mengambil keputusan dan kehidupan keluarga kita bisa dipertahankan dalam kesejahteraan.
Ndhuk, saran bapak, kalau bisa tolong kamu pikirkan juga tanaman modal untuk sumber penghasilan kamu dan anak-anakmu nanti, setelah kamu tidak bekerja di Hong Kong. Kalau sekarang, selama kamu masih bekerja di Hong Kong, segala kebutuhan bisa dipenuhi dari gajimu. Tapi coba pikirkan, nanti setelah kamu pulang, kamu akan menghidupi anak-anakmu dari mana?
Mereka semakin besar dan semakin butuh banyak biaya. Apalagi si Wahyu, sering banget menceritakan keinginannya untuk melanjutkan kuliah ke Jogja supaya nanti bisa memiliki pekerjaan yang mapan. Bapakmu ini semakin hari semakin tua, sudah barang tentu semakin kecil kekuatan bapak untuk membantumu selain dengan berdoa. Pikirke tenan ya, ndhuk.
Perkembangan sekolah anak-anakmu menurut bapak sangat bagus. Mereka rajin dan memiliki semangat untuk maju berprestasi menjadi orang. Wahyu keinginannya menjadi guru, sedangkan Bagus ambisinya pengin menjadi pemain sepak bola yang terkenal. Sebagai orangtua, saran bapak, kita dukung saja semampu kita selama apa yang menjadi keinginan mereka itu bagus dan bermanfaat.
Pesenku ndhuk, selama kamu di Hong Kong, jangan sampai kamu jauh dari Allah ya. Tetap kerjakan shalat lima waktu, karena itulah tiang hidupmu. Jangan sampai tiangmu itu rapuh, supaya kamu tetap tegar dalam segala suasana. Pandai-pandai membawa diri dan selalu berhati-hati dalam bekerja dan bergaul, ya. Agar apa yang kamu kerjakan membawa kebaikan. Bukan hanya untuk dirimu, tapi juga untuk orang lain.”
---------------
Eka Wahyuningtyas, Anak Pertama Sumiyati
”Bu, Boleh Kan Wahyu Minta Dibeliin Laptop?”
”Ibu, alhamdulillah, Wahyu, Dik Bagus dan Kakung dalam keadaan sehat-sehat saja. Kami berharap ibu di Hong Kong juga selalu dalam keadaan yang sama. Ibu, dari hasil pembagian rapor kemarin, Wahyu dapat ranking 3. Dan alhamdulillah, Wahyu naik ke kelas 3. Sebenarnya Wahyu sudah berusaha semaksimal mungkin untuk bisa mempersembahkan ranking pertama untuk ibu dan semua keluarga. Namun apa daya, persaingan sangat ketat, Bu. Ibu tidak kecewa kan?
Bu, kata guru Wahyu di sekolah, kalau Wahyu bisa mempertahankan prestasi menjadi lima besar sejak kelas satu sampai lulus nanti, Wahyu berpeluang untuk menerima beasiswa kuliah gratis di Jogja. Ibu setuju kan? Wahyu sangat ingin, setamat dari MAN, bisa melanjutkan kuliah. Ini penting, agar saat Wahyu bersaing di dunia kerja, modal yang Wahyu miliki cukup mendukung.
Setelah tamat kuliah nanti, Wahyu ingin mewujudkan cita-cita menjadi guru. Wahyu ingin mengabdi di sekitar kampung halaman kita, agar bisa selalu dekat dengan ibu, tentunya jika ibu sudah pulang dari Hong Kong.
Untuk mendukung proses yang sedang Wahyu jalani, boleh kan Bu kalau Wahyu minta dibelikan laptop? Menjelang lulus nanti, Wahyu sudah mulai membutuhkan untuk menyusun paper. Di samping juga untuk menunjang pelajaran komputer di sekolah. Apalagi jika nanti Wahyu bisa melanjutkan kuliah, laptop itu sangat penting untuk menunjang kelancaran kuliah Wahyu. Oke ya, Bu?!”